Renungan Bulan Februari 2018

Sebuah Cerita Singkat di Bandara


Hari ini, Prof Dr Ravik Karsidi, Rektor UNS, melakukan perjalanan dari Jogya ke Jakarta naik pesawat. Karena keberangkatan pesawat ditunda 1 jam beliau menunggu di salah satu lounge bandara Adisucipto dgn sekedar minum kopi. Di depannya duduk seorang ibu sudah agak tua, memakai pakaian Jawa tradisional kain batik dan kebaya, wajahnya tampak tenang dan keibuan. Sekedar mengisi waktu, diajaknya ibu itu bercakap-cakap.

Ravik : "mau pergi ke Jkt, bu?"
Ibu : "Iya nak, hanya transit di cengkareng terus ke Singapura"
Ravik : "Kalau boleh bertanya, ada keperluan apa ibu pergi ke Singapura?"
Ibu : "Menengok anak saya yang nomor dua nak, istrinya melahirkan di sana terus saya diberi tiket dan diuruskan paspor melalui biro perjalanan. Jadi saya tinggal berangkat tanpa susah mengurus apa-apa."
Ravik : "Puteranya kerja dimana, bu?"
Ibu : "Anak saya ini insinyur perminyakan, kerja di perusahaan minyak asing, sekarang jadi kepala kantor cabang Singapura."
Ravik : "Berapa anak ibu semuanya?"
Ibu     : "Anak saya ada 4 nak, 3 laki-laki, 1 perempuan. Yang ini tadi anak nomer 2."
Ravik : "Yang nomer 3 juga laki?"
Ibu : "Dosen fakultas ekonomi UGM, sekarang lagi ambil program doktor di Amerika. Yang bungsu perempuan jadi dokter spesialis anak. Suaminya juga dokter, ahli bedah dan dosen di universitas Airlangga Surabaya."
Ravik : "Kalau anak sulung?"
Ibu : "Dia petani, Nak, Tinggal di Godean, menggarap sawah warisan almarhum bapaknya."

Sang Profesor tertegun sejenak lalu dengan hati-hati bertanya.

Ravik : "Tentunya ibu kecewa kepada anak sulung ya bu? Kok tidak sarjana seperti adik-adiknya."
Ibu : "Sama sekali tidak, nak. Malahan kami sekeluarga semuanya hormat kepada dia, karena dari hasil sawahnya dia membiayai hidup kami dan menyekolahkan semua adik-adiknya sampai selesai jadi sarjana."

Kembali sang Profesor merenung, “Ternyata yang penting bukan Apa atau Siapa kita, tetapi apa yang telah kita perbuat”. Allah tidak akan menilai apa dan siapa kita tetapi apa “amal dalam ibadah” kita. Sebuah pelajaran hidup yg mengajarkan, agar kita melakukan yg terbaik tanpa berharap pujian. Tanpa terasa air mata profesor mengalir di pipinya…

Lakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan karena manusia yang mulia bukan terletak pada kedudukan atau jabatannya tetapi terletak pada seberapa besar dia bisa berbuat yang terbaik bagi sesamanya.

Sumber: https://bungputra.wordpress.com/2017/07/08/%E2%80%8B_hari-ini-prof-dr-ravik-karsidi-rektor-uns-melakukan-perjalanan-dari-jogya-ke-jakarta-naik-pesawat-_/